admin

admin

Quis fringilla quis cursus urna sed sed velit nunc metus condimentum. Et pretium nec magna eros id commodo ligula Phasellus Curabitur wisi. Lacus elit lorem ridiculus vitae tempus eget nibh ut risus et.

BAB II

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN POHON DALAM PEMBENTUKAN LINGKARAN TUMBUH

 

 

Zimmerman and Brown (1971) menyatakan bahwa zona pembentukan sel baru pada tumbuhan disebut meristem. Meristem apex (pada tunas dan akar) menunjukkan pertumbuhan berat dan panjang ke arah bawah tanah. Ketebalan akar dan batang pohon meningkat karena produksi kayu dan sel kulit kayu oleh jaringan meristem lateral. Terdapat hubungan genetik antara maristem apex dan lateral karena meristem lateral atau kambium adalah hasil dari meristem apex dan terdiri dari sel-sel yang mempertahankan potensi untuk berkembang biak.

Sel-sel pada kayu terbentuk oleh kambium muda yang memiliki ukuran radial yang lebih kecil, ketebalan dinding sel yang lebih tipis dan massa jenis kayu lebih rendah, lebih banyak kayu awal, maka hanya sedikit terdapat kayu akhir (Telewski and Lynch, 1991). Kambium muda dicirikan dengan aktivitas yang tinggi sehingga memproduksi lebih banyak sel baru dan lingkar tahun yang lebih lebar dibandingkan kambium yang berumur lebih tua (Vaganov et al., 2006).

Kambium secara umum dianggap sebagai satu lapisan sel yang memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi (polypotent) membentuk sejumlah hasil pembelahan. Pada setiap musim pertumbuhan, kambium membentuk kayu (sel induk xilem) ke bagian dalam dan kulit kayu (floem) ke bagian luar (di seluruh bagian batang pohon) seperti yang tampak pada Gambar 3. Setiap sel xilem merupakan derivat dari sel kambium fusiform dan merupakan sel gabungan dari pembelahan sel induk xilem terakhir yang ada di batas zona kambium. Setelah kehilangan kemampuan untuk membelah, sel gabungan tersebut pindah ke perluasan  zona  radial  dan  kemudian  ke  zona  penebalan  dinding  sel,  dimana formasi dinding sel sekunder terbentuk (Vaganov et al., 2006).

Hutan memiliki peran yang aktif dalam siklus karbon global dan iklim, namun sejarah pertumbuhannya kurang dikarakterisasi dibandingkan ekosistem yang ada di planet ini. Pohon merupakan kandidat utama yang dapat mengekstraksi arsip paleoclimate,   terdistribusi   luas   dan   mampu   hidup   lebih   dari   1400   tahun (Chambers et al., 1998).

Kondisi iklim disimpan dan direkam secara permanen dalam struktur biomasa, sehingga pohon dapat memantau keadaan lingkungan dalam struktur lingkaran pohon (Fritts, 1976). Hal ini dapat dikaji dalam studi dendrokronologi yang mengaitkan hubungan antara pohon dengan iklim maupun kondisi ekologi setempat. Pohon beradaptasi agar mampu bertahan hidup, tetapi dengan pola iklim dan kondisi lingkungan  yang abnormal dapat menyebabkan stres pada pohon. Proses regenerasi dan terjadinya perubahan secara mendadak ataupun bertahap akan mempengaruhi pertumbuhan anakan pohon. Kegagalan dalam memahami interaksi  perubahan  iklim  dan  fisiologi  pohon  dapat  menyebabkan  kepunahan pada beberapa spesies pohon (Pumijumnong, 2012).

Menurut Stahle et al. (1999) dan Worbes (1999), dendrokronologi dengan menggunakan lingkar tumbuh untuk menentukan umur pohon telah memberi kontribusi besar terhadap pemahaman dinamika hutan dan potensi hasil suatu daerah di berbagai negara. Kajian dendrokronologi cukup jarang dilakukan di daerah tropis karena informasi pada dinamika populasi pohon tropis kurang bernilai  terhadap  industri  kehutanan,  pelaku  konservasi,  dan  pemilik  lahan. Hayden (2008) menambahkan bahwa prasyarat dalam memperoleh informasi dinamika populasi harus mengetahui periodisitas lingkar tumbuh pohon sehingga dapat dinyatakan sebagai lingkaran tahun. Readmore...........

01 November 2017

PERENCANAAN ORGANIS

MENGATASI KEMAJEMUKAN DAN LIBER ALISASI PASAR1

Endry Martius 1

1Prodi S2 P embangunan wilayah pedesaan program pascasarjana univer sitas andalas

Email : endryAlamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Naskah diterima :23 Maret 2017                    Naskah direvisi : 23 Maret 2017                     Disetujui terbit : 23 Maret 2017

ABSTRAK

Setidaknya ada dua konteks penting untuk mempromosikan per encanaan organis di Indonesia. Pertama adalah konteks kemajemukan budaya, etnik, agama dan r as. Indonesia tumbuh dari kesadaran berkebangsaan yang ditempa melalui pengalaman ber sama dalam mengatasi kemajemukan. Dengan demikian, kesadaran berkebangsaan itu bukanlah serta merta, melainkan sesuatu yang harus dibentuk, dir awat dan diperjuangkan terus mener us dalam kesatuan institusional yang disebut negara. Kedua adalah konteks liberalisasi pasar yang menggir ing perekonomian Indonesia semakin ter buka dar i pengar uh luar dengan car a cara yang tak pernah dibayangkasebelumnya. Dalam hal ini Indonesia   membutuhkakesadaraorganis yang berpijak pada fundamen moral dan etis untuk dapat mengatasi doktrin liberal pasar yang niscaya memper luas konteks kemajemukan menjadi global. B erangkat dari pemikirabahwa per encanaamekanis hanya mer upakan panduan aksi yang jelas-jelas tidak didasar kan pada kesadaran or ganis, tulisan ini mempr omosikan perencanaan organis sebagai jawabannya. Alasannya, selain merupakan kesadar an organis untuk mengatasi kemajemukan sekaligus liberalisasi pasar, per encanaan or ganis juga merupakan sistem sekaligus kerangka bagi keselur uhan perencanaan mekanis yang disiapkan untuk mengatasi kemajemukan sekaligus liberalisasi pasar .

Kata Kunci : kemajemukan, liber alisasi pasar, perencanaan or ganis

29 Oktober 2017

DESA-KOTA SEB AGAI ALTERN ATIF PERMUKIMAN YANG BERKELANJUTAN: PEMBELAJAR AN DARI YOGYAKARTA D AN BALI

B. Setiawan

Univer sitas Gadjah Mada

Email : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

 

Naskah diter ima 25 Maret 2017               Naskah dir evisi : 25 Maret 2017            Disetujui terbit : 25 Maret 2017

ABSTRAK

Ditengah pandangan, keyakinan, dan tekanan ber bagai lembaga dan kesepakatan global, ter masuk hasil  Habitat 3 di E kuador, Oktober 2016 lalu, bahw a urbanisasi dan per kembangan kota di selur uh dunia merupakan sesuatu ā€˜keniscayaanā€™atatidak dapat dielakkan, diperlukan pandangan yang kr itis, alternatif, dan bahkaterobosankalauputidaā€˜mengkoreksi,ā€™  tetapmemberikaalternatiatapro sedaw ujud permukiman di masa depan yang lebih baik. Mener uskan ide awal dari McGee di tahun 1980an, paper ini berargumen bahwa proses dan w ujud urbanisasi dan perkembangan kota di negara - negara berkembang seperti Indonesia tidak akan begitu saja mengik uti model urbanisasi dan perkembangan kota di negar a-negara Barat. Indonesia menyimpan dan bahkan dapat menunjukkan model yang lain, model alternatif, model permukiman kota- desa, campuran yang kompleks, dinamis, dan seimbangantar unsur -unsur kota dan desa, yang lebih berkelanjutan. Meskipun masih perlu diteruskadokumentasi dan kajian best practices di berbagai tempat di Indonesia, riset di Yogyakar ta dan Bali, sampai saat ini menunjukkan bahwa model per mukiman kota -desa dapat menjadi model permukiman yang tidak saja inklusif, aman, tangguh, tetapi juga ber martabat dan ber kelanjutan.

Kata kunci: per mukiman kota-desa, model, alternatif, berkelanjutan