Pemanfaatan sumber daya genetik (SDG) di Sumbar masih belum optimal. Padahal, Sumbar dikenal sebagai salah satu provinsi yang SDG nya berlimpah. Kerja sama berbagai pihak terkait dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDG dibawah koordinasi komisi daerah (Komda) SDG Sumbar perlu terus dikembangkan. Apalagi, kebutuhan terhadap peanfaatan SDG tidak pernah berhenti dan terus dirasakan.
Demikian benang merah yang terungkap dalam workshop bertajuk "Peningkatan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Lokal untuk Pembangunan Sumbar" di ruang Pertemuan Labor Diseminasi BPTP- Balitbang-tan Sumbar baru-baru ini. Workshop ini terselenggara atas kerja sama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumbar.
Workshop ini dihadiri lebih dari 50 peserta terdiri dari pengambil kebijakan dari BKSDA Sumbar, Balitbang Sumbar, Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan, Dinas Peternakan Sumbar, Akademisi dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan Unand, Peneliti Balitbu Tropika, Kebun Percobaan Laing, dan BPTP Balitbangtan Sumbar, Badan Karantina, BPSB-TPH Sumbar, dan Pemerhati SDG lainnya.
Empat narasumber dihadirkan dalam workshop ini masing-masingnya Prof.Drh. Hj. Endang Purwati, RN,MS. Ph.D (Ketua Komda SDG Padang), Dr. Ir. Erly Sukrismanto, M.Sc (Ketua BKSDA Sumbar), Kepala Balitbang Sumbar dan Dr. Benni Satria MP dari Fakultas Pertanian Unand.
Keberadaan sumber daya genetik di Sumbar, jelas tak diragukan lagi. Hampir disemua sektor kehidupan, ditemukan sumber daya genetik mulai pertanian, peternakan, perikanan dan lainnya. Sebut saja, susu kerbau dan dadih lintau, tempoyak dan lainnya,"ujar Prof. Endang".
Prof. Endang mengakui perlu kerja sama berbagai pihak dalam pemanfaatan SDG ini. Pasalnya, membutuhkan tenaga, waktu, biaya, serata multi keahlian guna memanfaatkan SDG tersebut, terlebih dikembangkan secara massif. Sejauh ini, kita sudah mengembangkan pemanfaatan SDG ini misalnya, pemanfaatan kulit kopiuntuk pakan ternak sapi potong dan perah dengan penambahan bakteri Pediococcus Pentosaceus halal dari isolat dadih sumbar.
Kepala BKSDA Sumbar Dr. Ir. Erly Sukrismanto, M.Sc mengemukakan hal yg sama, pihaknya sudah melaksanakan sejumlah upaya dalam melestarikan habitat bunga Rafflesia di CA Maninjau Utara Selatan, dan CA Batang Palupuh. Serta memulihkan jenis tumbuhan endemik dan terancam punah (Andalas) di TWA Gunung Sago oleh Balai Peneltian dan Pengembangan Teknologi Serat Tanaman Hutan.
Kepala BPTP Balitbang Sumbar Dr. Chandra Indrawanto menyebut, sampai saat ini SDG lokal Sumbar yang sudah tereksplorasi dan terindetifikasi baru 70 jenis, terdiri dari 12 jenis tanaman buah-buahan, 3 jenis tanaman sayuran, 12 jenis tanaman pangan(pad dan kacang tanah), 3 jenis tanaman perkebunan, 6 jenis tanaman hias, 5 jenis tanaman biofarmaka, 10 jenis tanaman kehutanan, 5 jenis hewan, 4 jenis ternak dan10 jenis tanaman kehutanan.
Sumber : Padang Ekspres Sabtu, 13 Januari 2018