Dendrokronologi : Metoda dan Aplikasi (en-GB)

Dendrokronologi : Metoda dan Aplikasi (en-GB) (2)

Wednesday, 01 November 2017 10:06

BAB II (en-GB)

Written by

BAB II

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN POHON DALAM PEMBENTUKAN LINGKARAN TUMBUH

 

 

Zimmerman and Brown (1971) menyatakan bahwa zona pembentukan sel baru pada tumbuhan disebut meristem. Meristem apex (pada tunas dan akar) menunjukkan pertumbuhan berat dan panjang ke arah bawah tanah. Ketebalan akar dan batang pohon meningkat karena produksi kayu dan sel kulit kayu oleh jaringan meristem lateral. Terdapat hubungan genetik antara maristem apex dan lateral karena meristem lateral atau kambium adalah hasil dari meristem apex dan terdiri dari sel-sel yang mempertahankan potensi untuk berkembang biak.

Sel-sel pada kayu terbentuk oleh kambium muda yang memiliki ukuran radial yang lebih kecil, ketebalan dinding sel yang lebih tipis dan massa jenis kayu lebih rendah, lebih banyak kayu awal, maka hanya sedikit terdapat kayu akhir (Telewski and Lynch, 1991). Kambium muda dicirikan dengan aktivitas yang tinggi sehingga memproduksi lebih banyak sel baru dan lingkar tahun yang lebih lebar dibandingkan kambium yang berumur lebih tua (Vaganov et al., 2006).

Kambium secara umum dianggap sebagai satu lapisan sel yang memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi (polypotent) membentuk sejumlah hasil pembelahan. Pada setiap musim pertumbuhan, kambium membentuk kayu (sel induk xilem) ke bagian dalam dan kulit kayu (floem) ke bagian luar (di seluruh bagian batang pohon) seperti yang tampak pada Gambar 3. Setiap sel xilem merupakan derivat dari sel kambium fusiform dan merupakan sel gabungan dari pembelahan sel induk xilem terakhir yang ada di batas zona kambium. Setelah kehilangan kemampuan untuk membelah, sel gabungan tersebut pindah ke perluasan  zona  radial  dan  kemudian  ke  zona  penebalan  dinding  sel,  dimana formasi dinding sel sekunder terbentuk (Vaganov et al., 2006).

Wednesday, 01 November 2017 10:02

BAB I (en-GB)

Written by

Hutan memiliki peran yang aktif dalam siklus karbon global dan iklim, namun sejarah pertumbuhannya kurang dikarakterisasi dibandingkan ekosistem yang ada di planet ini. Pohon merupakan kandidat utama yang dapat mengekstraksi arsip paleoclimate,   terdistribusi   luas   dan   mampu   hidup   lebih   dari   1400   tahun (Chambers et al., 1998).

Kondisi iklim disimpan dan direkam secara permanen dalam struktur biomasa, sehingga pohon dapat memantau keadaan lingkungan dalam struktur lingkaran pohon (Fritts, 1976). Hal ini dapat dikaji dalam studi dendrokronologi yang mengaitkan hubungan antara pohon dengan iklim maupun kondisi ekologi setempat. Pohon beradaptasi agar mampu bertahan hidup, tetapi dengan pola iklim dan kondisi lingkungan  yang abnormal dapat menyebabkan stres pada pohon. Proses regenerasi dan terjadinya perubahan secara mendadak ataupun bertahap akan mempengaruhi pertumbuhan anakan pohon. Kegagalan dalam memahami interaksi  perubahan  iklim  dan  fisiologi  pohon  dapat  menyebabkan  kepunahan pada beberapa spesies pohon (Pumijumnong, 2012).

Menurut Stahle et al. (1999) dan Worbes (1999), dendrokronologi dengan menggunakan lingkar tumbuh untuk menentukan umur pohon telah memberi kontribusi besar terhadap pemahaman dinamika hutan dan potensi hasil suatu daerah di berbagai negara. Kajian dendrokronologi cukup jarang dilakukan di daerah tropis karena informasi pada dinamika populasi pohon tropis kurang bernilai  terhadap  industri  kehutanan,  pelaku  konservasi,  dan  pemilik  lahan. Hayden (2008) menambahkan bahwa prasyarat dalam memperoleh informasi dinamika populasi harus mengetahui periodisitas lingkar tumbuh pohon sehingga dapat dinyatakan sebagai lingkaran tahun. Readmore...........