Program Doktor Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Andalas kembali meluluskan satu orang doktor baru. Dr. Rika Hariance, SP., M.Si yang mempertahankan disertasinya dengan judul “Aksi Kolektif Multipihak untuk Pembangunan Perkebunan Rakyat Berkelanjutan” di hadapan tim penguji yang terdiri dari tim promotor yaitu Prof. Melinda Noer, Endrizal Ridwan, Ph.D dan Hasnah, Ph.D, penguji internal Prof. Rudi Febriamansyah, Prof. Afrizal, Prof. Donard Games, Dr. Sri Setiawati dan 1 orang penguji eksternal Dr. H. M. Nurdin yang merupakan staf ahli Pengembangan Wilayah Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi Republik Indonesia. Sidang ujian tertutup tersebut dilaksanakan pada Selasa 27 Agustus 2024 di ruangan rapat pimpinan Gedung Sekolah Pascasarjana dan dipimpin langsung oleh Koordinator Program Studi Prof. Rudi Febriamansyah.
Sehari-hari, Rika berprofesi sebagai dosen pada Program Studi Agribisnis Universitas Andalas dan memulai studi nya pada Program Doktor Studi Pembangunan sejak tahun 2019. Dengan mengambil studi kasus pada kegagalan kolaborasi multipihak yang melibatkan koperasi, perusahaan swasta dan pemerintah daerah dalam membangun perkebunan rakyat teh organik di Kabupaten Solok, disertasi tersebut ditulis dengan tujuan untuk menemukan apa penyebab kegagalan dan bagaimana solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Sebelumnya, kolaborasi multipihak ini telah berhasil mendorong terciptanya kerjasama yang menghasilkan teh organik dengan kualitas premium dan berhasil dipasarkan lebih luas melalui ekspor ke pasar Eropa. Keberhasilan ini, tentu menjadi prestasi yang luar biasa bagi perkebunan teh rakyat yang melembaga dalam koperasi, akan tetapi pertanyaan pentingnya adalah kenapa kemudian keberhasilan ini terhenti dan tidak berkelanjutan?
Ketertarikannya pada tema penelitian ini didasari karena koperasi dipercaya oleh para pendiri bangsa sebagai bangun ekonomi yang dapat mensejahterakan rakyat, terutama rakyat yang berada diwilayah pedesaan yang sangat dekat dengan sektor pertanian. Namun, hingga saat ini koperasi masih belum berhasil menjadi sokoguru perekonomian Indonesia seperti apa yang sudah dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. Pada kasus ini, petani teh rakyat telah tergabung dalam lembaga koperasi dan bergerak bersama untuk mencapai tujuan kesejahteraan bersama, akan tetapi masih menghadapi kendala dalam mencapai kemandirian.
Perkebunan rakyat dengan skala usaha yang kecil membutuhkan koperasi sebagai platform untuk pengembangan usaha dan penggerak agribisnis secara menyeluruh dari hulu ke hilir agar dapat tetap bersaing dalam pasar global. Namun, dalam hasil penelitian ini ditemukan bahwa jika koperasi hanya bergerak sendiri sebagai aksi kolektif petani saja tanpa kolaborasi dengan swasta dan pemerintah, terbukti masih belum mampu membentuk koperasi agribisnis yang memiliki daya saing dan berkelanjutan. Hal ini disebabkan terutama karena petani dengan skala usaha kecil seringkali tidak memiliki akses yang memadai untuk menghimpun modal yang lebih besar guna mengembangkan agribisnis mereka secara lebih luas. Hal ini lah yang menyebabkan bahwa secara mandiri koperasi tidak mampu menjadi sokoguru ekonomi, oleh karena itu aksi kolektif multipihak diperlukan.
Staf ahli pengembangan wilayah Kemendes, PDT dan Transmigrasi Dr. Ir. M. Nurdin yang bertindak sebagai peguji eksternal, memiliki pengalaman selama 20 tahun dalam pengembangan perkebunan di wilayah Kalimantan Timur, sangat antusias dengan disertasi yang ditulis oleh Rika. Menurut beliau, dalam pengembangan aksi multipihak ini peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga tidak boleh diabaikan. Karena LSM dapat berperan sebagai mediator yang menjembatani komunikasi antar pihak sehingga bisa mengurangi terjadinya konflik. Terkait hal ini, pada disertasinya Rika juga menyinggung adanya peran LSM sebagai mediator namun belum mampu mengatasi kegagalan aksi.
Selain itu, dalam disertasi ini juga disebutkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam aksi memiliki keinginan kuat untuk berkolaborasi yang ditunjukkan dengan nilai solidaritas dan komitmen yang tinggi. Akan tetapi, hal ini tidak cukup untuk mendorong keberlanjutan aksi kolektif karena tingkat kontinuitas dan keuntungan dinilai sangat rendah. Ini menunjukkan bahwa reward (benefit) berupa materi maupun non materi sangatlah penting bagi keberlanjutan. Maka dalam disertasi ini, Rika juga menawarkan formulasi Reward System sebagai rancangan agar aksi kolektif dapat berjalan secara berkelanjutan.
Prof. Rudi Febriamansyah sebagai Koordinator Program Studi Program Doktor Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana mengapresiasi hasil penelitian ini dengan harapan bahwa hasil temuan ini dapat berimplikasi pada pengetahuan baru maupun aktivitas pembangunan perkebunan rakyat yang melibatkan multipihak terutama dalam pengelolaan koperasi, tidak hanya ditingkat lokal akan tetapi juga ditingkat global.